Jumat, 05 Juni 2015

MAKAN MALAM







Keringat terus mengucur deras di tubuh Eross, meski berkali-kali ia usap dengan sapu tangan kecilnya.  Ruangan dengan pendingin udara itu ternyata tak cukup untuk membuatnya tenang.  

Sekali lagi ia memeriksa. Menu makanan dan minuman spesial sudah siap, cincin yang dipesan khusus untuk gadis pujaannya juga siap. Nah, hanya ini yang masih kacau. Beberapa kata puitis yang ia rancang dari beberapa hari lalu, belum jua ia hafal.

Ekor mata Eross melirik arloji di tangan kanannya.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.

“Eross, sudah lama nunggu?”

“Mili,” Eross tersenyum.

"Kenalkan, ini tunanganku."

Kaget, Eross menenggak segelas minuman beserta cincin di dalamnya.


--- Tamat ---


Catatan: 

1. FlashFiction ini diikutkan dalam #FFKasihTakSampai di akun @RedCarra  
2. Jumlah kata: 100.
3. Gambar diambil dari sini.


HABIS WAKTU









“Euroworld adalah dunia baru bagimu. Kau harus melupakan bumi..“

Kalimat itu terus berdengung. Hilir mudik dari telinga ke kepala ke hati, begitu terus.  Kepala Mili jadi berat, telinganya terus bergetar, dan hatinya berdebar lebih kencang daripada saat pertama jatuh cinta.

“Mas, hari ini aku ga masuk kerja.”

“Kenapa, Mil?”

Mili meletakkan sepiring nasi goreng pedas di meja makan. Tak lupa ia sajikan sebuah telor ceplok setengah matang dengan bagian kuningnya yang meleleh, kesukaan Eross, suaminya.

“Ga enak badan, Mas.”

“Kuantar ke dokter dulu, ya.”

“Ga usah, Mas. Paling kecapekan saja. Kemarin banyak laporan masuk ke mejaku.”

“Serius, ga usah ke dokter?”

“Iya, Mas. Nanti minum vitamin saja trus tidur. Nanti kan sehat lagi.”

Eross mengecup kening dan perut buncit Mili.

“Sarapan dulu, Mas.”

Eross melahap habis nasi goreng spesial pagi ini.

“Aku berangkat dulu, Komandan!” Eross berdiri tegap dalam balutan seragam kepolisian, memberi hormat pada Mili.

Mili tertawa, lalu membalas hormat, “siap, laksanakan!”

Mili mengantar Eross sampai pintu depan.

-----

Rabu, 03 Juni 2015

SEPAKBOLA DAN HAL-HAL YANG TAK PERNAH TERKIRA



Sepuluh tahun aku menanti pertandingan ini. Final kejuaraan antar klub satu benua, di mana para pemain, pelatih, tim manajemen, dan para suporter menggantungkan mimpi besarnya di sana: menjadi juara.

Peluit dibunyikan, pertandingan dimulai. Sorak sorai penonton dan suporter menggema di seantero stadion, membuatku makin gemetar saja.

Penyerang andalan tim lawan yang terkenal jago gocek langsung tancap gas, ia meliuk melewati gelandang bertahan, satu dua bek dilewati. Insting pejaga gawangku berbicara, aku berlari berusaha menghadang dan mengganggunya.

Tapi, suara Mili - anakku satu-satunya - menggelayut manja di telinga dan mematahkan usahaku.
“Bapak, tolong Mili…” Bola itu kubiarkan menggelinding ke dalam gawang.


--- Tamat ---



meja masoka/3 juni 2015/09.30 WIB
100 Kata
Untuk tantangan menulis #FFRabu di akun @MondayFF