Senin, 18 Juli 2016

LELAKI IDAMAN



 “Vivi pasti suka!”

“Coba saja dulu, Paulo!” 

“Atau kamu masih suka cibiran teman-teman Vivi perihalmu, Kerempeng!”

Kata-kata temanku mengalir ke dalam otak, bercampur dengan cibiran-cibiran dari teman Vivi perihal fisikku. 

“Kerempeng!”

“Sial sekali gadis secantik Vivi kamu pacari, Paulo!”

Malam itu, kuputuskan untuk berubah. Sesuai saran teman-temanku. Demi Vivi. Aku akan berubah menjadi Paulo yang lebih baik. 

Senin, 20 Juni 2016

SEMOGA HUJAN TAK PERNAH REDA

Sketsa Oleh Carolina Ratri a.k.a RedCarra





Ia berdoa, “semoga hujan tak pernah reda.”

Ia, sebut saja namanya Gadis. Sudah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun berjalan di bawah naungan hujan. Mungkin Didi Kempot pernah bertemu dengan Gadis, dan mendengar kisah yang dituturkannya: perjalanan seribu kota. Hingga terciptalah lagu yang begitu terkenal, kau pasti tahu apa judulnya.

Gadis. Sesuai pengakuannya padaku waktu kami bertemu di sudut Terminal Terboyo, berumur 26 tahun. Ia habiskan masa pertumbuhan di sebuah panti asuhan di daerah Umbulharjo. Hidupnya bahagia, bersama kawan senasib dan para pengasuh panti yang super baik, katanya.

Awal perjalanan Gadis bermula saat ia lulus SMA. Sesuai janji para pengurus panti pada Gadis saat ulang tahunnya ke-17, Gadis akan diberi tahu asal-usulnya.

“Di sebuah malam. Hujan deras sekali, kamu digeletakkan di depan pintu.”

Gadis menyimak hingga selesai sejarah ‘kelahirannya’.

“Baiklah. Mulai hari ini, aku akan mencari orang tuaku. Aku akan berjalan ke belakang, dimulai dari pintu depan. Kebetulan sudah mulai musim penghujan…”


--- TAMAT --- 


Meja Masoka/20 Juni 2016/12.30 WIB
Untuk Pesta Fiksi 04

YANG TUMBUH SEPANJANG WAKTU



 
Sketsa Oleh Carolina Ratri a.k.a RedCarra


Sejak kepergian Eros, kekasihnya. Mili benar-benar mengubah penampilannya. Yang sangat mencolok adalah kebiasaan membiarkan rambut hitam panjangnya tergerai. Sekarang, ia lebih suka mengenakan topi trucker dengan custom typography di bagian depan bertuliskan, SINGLE. O iya, rambut panjangnya pun kini tak pernah tampak. Setahuku, rambutnya digelung sekenanya dan dipaksa berdesakan di dalam topi berwarna hitam putih itu.

Move on, Mil!”

Entah sudah berapa kali kalimat klise itu menabuh gendang telinga Mili. Tapi orang-orang tak pernah tahu, bagaimana selama ini, ia berjihad melawan kenangan yang mengepungnya.

“Ayolah, Mil. Dandan yang cantik, tunjukkan mahkotamu pada dunia. Jangan tutupi dengan topi apalah-apalah itu!” protes teman-temannya.

Tiap malam sebelum tidur, Mili selalu duduk di depan cermin. Memandang wajah cantiknya, sendiri.

“Eros. Sejak kepergianmu aku belajar banyak hal, semuanya perihal melupakanmu.”

“Eros. Aku akan sangat berbahagia, jikalau engkau bersedia kembali di sampingku. Sebentar saja. Cabut dan bawalah semua ingatan tentangmu yang terus tumbuh di atas kepalaku…”

--- TAMAT --- 


Meja Masoka/20 Juni 2016/10.30 WIB
Untuk Pesta Fiksi 04

3 KATA

Sketsa Oleh Carolina Ratri a.k.a RedCarra





“3 kata?”
“Ya. Hanya 3 kata kesempatanmu.”
“Ada bonus?”
“Waktumu sedikit. Kau ambil atau tidak kesempatan ini?!”

Eros berlari, keluar kamar.

“Mau ke mana, Ros?”

Eros berhenti sejenak. Mencium tangan Mamanya kemudian menunjuk arloji di tangan kirinya. Lalu bergegas pergi, melesat ke jalanan dengan motor japstyle-nya.

Priiiiiiiiiiiiiit..

“Maaf mengganggu kenyamanan anda sebentar. Bisa tunjukkan SIM dan STNK-nya. Tahu kesalahan Anda?”

Eros mengangguk. Ia baru saja menerobos lampu merah. Tanpa berkata-kata, ia keluarkan surat-surat yang diminta, lengkap.

“Sidang?”

Eros mengangguk. Polisi menyerahkan surat tilang kepada Eros.

Sejurus kemudian. Eros sudah di depan pintu rumah Mili, sahabatnya yang seminggu lagi akan menikah.

“Pagi sekali, tumben. Ada udang di balik batu, nih…” Mili terkekeh sesaat setelah membuka pintu.

“Aku cinta kamu..”

Mili terhenyak. Ada yang meledak di jantungnya. Semuanya jadi gelap. Mili ambruk di depan Eros. Seseorang berjubah putih itu tiba-tiba muncul di samping Eros, tersenyum.

“Tadi tidak begini kesepakatan kita!” Protes Eros.

--- TAMAT --- 




Meja Masoka/20 Juni 2016/09.30 WIB
Untuk Pesta Fiksi 04

Kamis, 16 Juni 2016

KEJUTAN UNTUK EMAK



Sketsa Oleh Carolina Ratri a.k.a RedCarra


Perempuan belia itu tertidur di satu-satunya kursi yang ada di ruang tamu rumahnya. Kursi kayu yang sudah renta termakan usia. Sebuah koper tergeletak di samping kursi, sedikit terbuka. Beberapa lembar uang kertas pecahan seratus ribuan menyembul dari sela koper, beberapa lainnya terkapar di sekitar koper.

Seorang perempuan tua berjalan mendekat.

Nduk, bangun. Sudah siang kok masih tidur. Ga baik buat anak perawan….”
Mulut perempuan tua itu terhenti, saat kedua bola matanya menangkap silau pantulan cahaya matahari dari lembar-lembar uang kertas yang berserak itu.

Nduk! Ini uang apa? Ini uang siapa?”
Lagi, mulut perempuan tua itu terhenti. Kali ini ia terhenyak, melihat sesuatu yang ganjil pada anak perawannya.

Nduk! Nduk! Bangun!” Gemetar, perempuan tua itu menepuk kaki anak perempuannya.

Nduk, ada apa dengan tubuhmu?”

Perempuan belia membuka matanya.

“Mak, ini semua uangku. Buat Emak, untuk melunasi semua hutang. Semalam tubuhku dibeli orang kaya. Yang tersisa hanya yang Emak lihat sekarang ini.”

--- TAMAT --- 



Meja Masoka/16 Juni 2016/10.08 WIB
Untuk Pesta Fiksi 04


Selasa, 14 Juni 2016

SUARA



 
Sketsa Oleh Carolina Ratri a.k.a RedCarra


Hampir sore. Perempatan Milano kian ramai dengan para pekerja yang tergesa pulang. Orang-orang turun dari angkutan kota, berdiri sejenak sembari mengusap-usap henponnya. Sejurus kemudian, mereka sudah dijemput. Mungkin pasangannya atau mungkin juga ojek online.

Sejak pagi, Eros belum mendapat satu pun penumpang. Di pojok perempatan, ia menatap kosong jalanan yang ramai. Anak sulungnya butuh uang untuk melunasi SPP sebagai syarat ikut ujian, susu untuk anak bungsunya juga habis, dan istrinya sudah ngomel terus dari kemarin.

“Bang, antar ke Kampung Turin, ya.” 

Seorang perempuan tua, dengan dandanan agak menor. Gelang, kalung, dan cincin emas terlihat berkilau di antara keriput tubuhnya.

“Oke, Nyonya.”

Sepanjang perjalanan, terjadi pertempuran hebat antara suara hati dan pikiran Eros. Satunya  memberi ide untuk menjambret semua perhiasan dan tas penumpangnya, sedang suara hatinya bersikeras menolak. 

“Mampir ke minimarket depan ya, Bang.”

Saat Nyonya Tua masuk ke dalam minimarket, Eros melepas helm dan kedua telinganya.

“Persetan dengan suara hati!”

--- Tamat --- 


Meja Masoka/14 Juni 2016/13.45 WIB
Untuk Pesta Fiksi 04