Hap
Aku
masuk ke dalam bus, bangku-bangku banyak yang sudah terisi, hanya beberapa saja
yang masih kosong. Aku berjejal, berebut
jalan dengan tukang koran, penjual makanan minuman ringan, dan beberapa
penumpang yang sama denganku, bersegera mendapatkan tempat duduk.
Hap
Dengan
tubuh cekingku, akhirnya aku berhasil menyempil di antara orang-orang dan
mendapat satu tempat duduk, dekat jendela pula, perjalanan pulang kampung halaman
akan makin menyenangkan. Aku bisa memuaskan pandangku.
Di
sebelahku duduk seorang wanita, seumuran dengan ibuku kira-kira.
“Kasihan, wanita
seumuran beliau masih bepergian naik bus, sendirian pula.”
“Mungkin
menjenguk cucunya, seperti kebiasaan ibu. Walau kakak sudah berulang kali
bilang, biar kami yang berkunjung ke rumah ibu..”
“Hmm, namanya
juga orang tua.”
“Tapi,
syukurlah. Ibu ini sudah dapat tempat duduk, kasihan kalau harus berdiri.”
Setelah
membayar tiket, aku arahkan pandanganku ke luar jendela, menyaksikan rumah dan
pepohonan yang berlarian. Hawa sejuk AC
lambat laun membuatku tertidur.
Sebuah
tepukan di pundak membangunkanku.
“Maaf,
Mas. Bisa minta tolong?” Kondektur bus tersenyum kecil.
“Kalau
berkenan, tempat duduknya bisa buat ibu ini?” kondektur itu menunjuk seorang
ibu muda, sedang hamil.
Aku
mengucek mata, “Enak saja!”
Hawa sejuk AC tiba-tiba jadi tak terasa.
---tamat---
meja masoka/7 april 2015/13.45 wib
Ish. >,<
BalasHapus