Cinta telah menjadi sabda.
Tumbuh di reranting bahagia,
luruh di telaga air mata.
Demi segala yang purba,
cinta telah menyabda air mata,
dan tafsir-tafsirlah dengan segala
yang kau punya.
Jalan sunyi jalan lengang yang kau pilih
untuk sembunyi, di seberang jalan,
kudengar ‘aduh’ mengambang di kata-kata.
Gaduh dalam tubuhmu
diberkati anak-anak waktu
yang kau biarkan lari-mengikuti
langkah kaki kirimu.
Dalam kepala orang-orang kiri,
rumah sakit jiwa tegak berdiri;
penghuninya menjelma gema,
melahirkan kutu katakata.
Dan demi malam yang menyala kata,
skizofrenia menahan insomnia
sampai pagi
sampai mati.
Sebab apatah tak memerlu sudah;
semesta kata
semesta makna.
---
meja masoka/jepara, 2 oktober 2014
: untuk agung july
Kamis, 26 Maret 2015
Rabu, 25 Maret 2015
#FFRabu - USAHA MENULIS FLASH FICTION
“Emang
kamu bisa?”
“Menulis
cerita lebih dari 140 karakter, bisa?”
“Membuat
ledakan cerita, bisa?”
Kuambil
sebuah bolpoin dan buku kecil. Suara-suara itu masih saja bergetar, di kepala,
telinga, pundak, lutut, kaki, bahkan di gelas kopi. “Kampret!” batinku.
Bingung,
harus kumulai seperti apa cerita ini.
Kugaruk
kepala, siapa tahu ada ide yang tergali.
5
menit, 10 menit, hingga 30 menit tak ada yang kudapat selain debu yang menempel
di kulit kepalaku, “cih!”
Satu
kata, dua, hingga berpuluh kata mulai tertulis.
“Uhuk..
uhuk..”
Ruanganku
dipenuhi asap, menebal dan makin menebal.
Lembar
demi lembar bukuku terbakar, habis.
Kemauanku
untuk menulis cerita terlalu membara.
--- tamat ---
meja masoka/23 maret 2015/13.28 wib
100 kata
Langganan:
Postingan (Atom)